iaingorontalo.ac.id – Bertempat di aula gedung LPM IAIN Sultan Amai Gorontalo, Selasa (25/5/21), Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bersama Prof. Hamdan Juhanni, MA, Ph.D, Rektor UIN Alauddin Makssar, beri penguatan moderasi beragama.
Penguatan moderasi beragama bagi agamawan, masyarakat dan generasi milenial yang dilaksanakan oleh Rumah Moderasi beragama IAIN Sultan Amai Gorontalo, Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) bekerjasama dengan MUI Provinsi Gorontalo, dihadiri oleh unsur pimpinan IAIN Sultan Amai Gorontalo, MUI Provinsi Gorontao, tokoh agama, tokoh masyarakat serta mahasiswa.
Dalam pengantarnya Wakil Rektor Bagian Akademik dan Kelembagaan, Dr. Sofyan AP. Kau, M.Ag., saat mewakili rektor mengatakan sangat bahagia atas kedatangan kedua Profesor yang keduanya merupakan Rektor UIN yang telah menyempatkan waktunya untuk bersilaturahmi dan berbagi ilmu.
“Temimakasih atas kesediaan kedua Profesor yang telah bersedia hadir di tengah-tengah kita untuk memberikan pencerahan,” ucapnya
Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis MA., mengatakan moderasi beragama adalah proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran agama secara adil dan seimbang. Proses tersebut seyogianya diajarkan dan diterapkan dalam pelbagai aspek kehidupan.
Menurutnya, moderasi beragama harus diperkuat dalam semua bidang, mulai dari pendidikan, sosial, ekonomi hingga lingkungan keluarga.
“Ketika negara mengangkatnya sebagai prinsip, diharapkan seluruh aspek kehidupan harus dilandasi dengan asas moderasi beragama,” ujar rektor perempuan pertama UIN Syarif Hidayatullah itu.
Sebelumnya Prof. Hamdan Juhanni, MA, Ph.D, menjabarkan dalam moderasi beragama ada empat aspek yang harus diperhatikan. Pertama Pikiran (fikrah), kedua perbuatan atau amaliah, ketiga gerakan (haraka) dan ke empat siyasah atau politik.
Dari Aspek pikiran atau fikrah maka mulailah berpikir yang moderat, menjadi rasional bukan emosional selalu berpikiran menghargai perbedaan bukan memaksakan kehendak.
Aspek amaliah yang meliputi tradisi atau budaya, maka budaya menjadi pilar agama dan budaya-budaya produktif harus menguatkan pemahaman dalam praktek kehidupan untuk selalu berpikiran moderat.
Aspek gerakan, maka gerakan itu amar makruf nahi mungkar, gerakan yang anti kekerasan bukan gerakan yang terjerumus pada ekstrisme baru atau tekstualisme baru yang selalu mengklaim bahwa dirinya benar karena dia moderat.
Dan aspek politik atau siyasah maka perilaku politik kita jangan sampai menciderai agama dan Pancasila, karena Agama dan Pancasila itu saling bersinergi, karena pilar-pilar bangsa kita mendukung pola keberagamaan kita.
“Dari ke empat aspek inilah menjadi bagian tak terpisahkan dari perilaku kita dalam bermoderasi beragama. Sebagai mahasiswa, akademisi dan sebagai ulama sebagai menopang kehidupan sosial bermasyarakat maka kita harus mengambil pastisipasi untuk mengarus utamakan moderasi bergama,” pungkasnya
Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan standar Covid-19 (Aadum)