GORONTALO (IAINSAG) – Bertempat di Gedung Serbaguna Kampus 1 IAIN Sutan Amai Gorontalo, Kamis (21/09/2023), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen Dakwah (MD), Fakultas Ushuluddin dan Dakwah (FUD), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo menggelar Seminar Nasional Ziswaf.
Seminar yang mengusung tema Efektivitas Penyaluran Dana Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) di Gorontalo ini, dihadiri oleh Dekan FUD, Dr. Andries Kango, Wakil Dekan (Wadek) III FUD, Dr. Kamaruddin, M.Fil.I., Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Edukasi, Inovasi, dan Kerjasama Zakat dan Wakaf Kementerian Agama Republik Indonesia, Hj. Wida Sukmawati, S.Sos., Pranata Humas Muda, Irma Makmur, M.Pd., Ketua Jurusan (Kajur) MD, Dian Adi Perdana, M.M., Kajur Ilmu Hadis Moh. Rifian Panigoro S.Ud., MA., Ketua HMJ MD, Wahyu Putra Mohamad, Mahasiswa Jurusan MD, dan para tamu undangan.
Narasumber yang hadir pada seminar kali ini adalah Nurul Fadhilah, S.E., M.E.K., Dosen Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), dan Supandi Rahman, S.E., M.Ak., M.E., Dosen Jurusan Ekonomi Syariah FEBI, Moderator Sigit Suleman, Mahasiswa Jurusan MD.
Wadek III FUD, Dr. Kamaruddin, M.Fil.I., , dalam sambutannya menyampaikan beberapa hal penting diantaranya, kepada Mahasiswa Baru (Maba), ia meminta agar melakukan kegiatan tambahan, terutama pelatihan karya tulis ilmiah, membuat makalah. Menurutnya, hal ini penting untuk membantu mempercepat studi. “Karena untuk lebih maju harus bergerak cepat tidak boleh kita berpangku tangan,” ungkapnya.
Selanjutnya, Wadek mengingatkan kepada mahasiswa, sesuai dengan instruksi dari Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo, bahwa semua kegiatan mahasiswa yang bersifat intra, dilaksanakan di dalam kampus dengan ketentuan dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu. Tujuannya agar memudahakan pengawasan dari pihak kampus.
“Kalau kegiatan tersebut di laksanakan di luar kampus, pimpinan tidak bisa bertanggung jawab,” tegasnya.
Selain itu, sebagai mahasiswa harus mempunyai target waktu dalam menyelesaikan studi. “Ada fenomena, tujuannya kuliah di Gorontalo, ternyata lebih aktif di organisasi ketimbang kuliahnya,” bebernya.
Namun menurutnya, idealnya seorang mahasiswa sukses dalam kuliahnya juga sukses dalam berorganisasi. “Jika tidak aktif juga dalam organisasi, agak sulit untuk bersaing. Karena untuk menjadi leader atau pemimpin dibentuk dari oraganisasi,” imbuhnya.
Sementara itu, Kasubdit Inovasi, Kerjasama Zakat dan Wakaf Kementerian Agama Republik Indonesia, Hj. Wida Sukmawati, S.Sos., yang hadir dalam kegiatan itu, mendapat kesempatan untuk berbagi ilmu dan pengalamannya.
Dikatakannya, bahwa zakat tidak hanya bicara tentang kewajiban beragama. Namun, zakat dan wakaf merupakan Jaring Pengaman Sosial bagi masyarakat di tingkat paling bawah.
Pasalnya, zakat dan wakaf merupakan sumber ekonomi syariah yang bisa juga dijadikan sebagai pilar pembangunan nasional.
Oleh karenanya, ia mengajak kepada mahasiswa, sebagai generasi muda harus mampu dan bisa menjadikan zakat sebagai gaya hidup atau lifestyle, bahwa tidak berzakat itu tidak keren, tidak berwakaf itu tidak hebat.
“Untuk menjadikannya sebagai gaya hidup atau lifestyle, kita harus mulai dari keseharian kita. Niatkan bahwa kita akan mewakafkan apa-apa yang kita miliki, apakah waktu kita, ilmu kita dan sebagainya. Kita wakafkan sebagai amal jariyah kita,” imbaunya. (Hms/YN)