Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo, Pantau Pelaksanaan Hari Pertama UM-PTKIN

GORONTALO (IAINSAG) – Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) Tahun 2024 dimulai pada tanggal 24-30 Juni 2024. Seleksi UM-PTKIN dilaksanakan melalui ujian tulis berbasis Sistem Seleksi Elektronik (SSE) yang digelar secara serentak di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.

Rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo Prof. Dr. H. Zulkarnain Suleman, M.Hi., memantau langsung pelaksanaan UM-PTKIN didampingi Wakil Rektor (Warek) I, Prof. Dr. H. Sofyan A.P. Kau, M.Ag., yang berlangsung di laboratorium Terpadu Kampus 2 IAIN Sultan Amai Gorontalo, Senin (24/06/2024). Hal ini guna memastikan pelaksanaan UM-PTKIN berjalan dengan baik dan lancar.

“Alhamdulillah, dengan dukungan IT yang cukup memadai, dengan jumlah mencapai 411 peserta seleksi di IAIN Sultan Amai Gorontalo yang terbagi menjadi 11 sesi, akan berjalan dengan baik dan lancar,” ungkap Rektor.

Selain itu, Rektor berharap seleksi UM-PTKIN ini, akan menghasilkan calon mahasiswa terbaik untuk IAIN Sultan Amai Gorontalo.

Sementara itu, di tempat terpisah lewat telepon, Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik, dan Kemahasiswaan (AUAK) sekaligus Sekretaris Panitia Lokal, Dra. H. Farida Napu, M.Pd., menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia dan tim teknis yang telah bekerja keras untuk mempersiapkan pelaksanaan ujian ini.

“Kerja keras dan dedikasi tim Panitia sangat kami apresiasi, dan kami berharap pelaksanaan ujian SSE UM-PTKIN ini berjalan lancar dan sukses,”ujarnya.

Terpisah, Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia, Yaqut Cholil Qoumas saat menyapa peserta UM-PTKIN secara virtual, mengucapkan selamat mengikuti dan mengerjakan soal-soal UM-PTKIN.

“Silahkan melaksanakan ujian dengan jujur, karena untuk tujuan yang baik, seharusnya di tempuh juga dengan cara-cara yang baik,” tegas Gusmen, sapaannya.

Pada kesempatan itu, Menag menyampaikan beberapa pesan untuk pengembangan PTKIN di Indonesia. Menurutnya, kekhususan ilmu-ilmu yang terdapat di PTKIN ini menjadi benteng pertahanan terakhir bagi bangsa Indonesia.

“Saya memiliki optimisme yang kuat, karena apa yang diajarkan di PTKIN ini berbeda dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) secara umum. Kita memiliki kekhususan yang tidak dimiliki PTN, dan saya meyakini ditengah gempuran ideologi budaya yang borderless tidak ada batasan itu. Ilmu-ilmu yang diajarkan di PTKIN bisa menjadi benteng pertahanan terakhir bagi bangsa besar ini, dan ini tinggal cara kita mengemasnya seperti apa,” ucap Menag.

Gus Men mengajak kepada seluruh PTKIN se-Indonesia untuk mulai mempromosikan Perguruan Tinggi Islam melalui Platform media sosial, atau berkolaborasi dengan Madrasah atau Sekolah Menengah Atas (SMA), dan mengajak para alumni (duta kampus), serta menawarkan beasiswa yang ada. Dengan demikian, ketimpangan antara jumlah pendaftar dan peminat bisa ditangani dengan baik.

“Saya kira harus menjemput bola, tidak hanya menunggu. Jadi kita datangi sekolah, kita promosikan PTKIN ini langsung kepada anak-anak. Saya kira cara yang tidak kalah penting dalam mempromosikan PTKIN adalah mengajak para alumni yang memiliki nama besar untuk mempromosikan PTKIN dan sosialisasi mengenai beasiswa,” pungkasnya. (HMS@01)